Mengembalikan Pamor Jabatan Ketua Kadin

Hajat paling akbar pengusaha Indonesia, Musyawarah Nasional (Munas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, berakhir kemarin dini hari. Perhelatan lima tahun sekali itu telah menetapkan wong Solo bos Satmarindo Group dan presiden komisaris (Preskom) PT Bumi Resources Tbk Suryo Bambang Sulisto sebagai ketua umum baru periode 2010-2015.
Suryo yang juga pengurus senior Kadin itu menyisihkan empat kandidat lain, yakni Adi Putra Tahir, Chris Kanter, Sandiaga Uno, dan Wishnu Wardhana.

Kami mengucapkan selamat atas terpilihnya SBS -panggilan akrab Suryo Bambang Sulisto- sekaligus mengingatkan akan tantangan besar yang akan dia hadapi. Sejak resmi dilantik kemarin, SBS otomatis akan menjadi salah satu mitra utama pemerintah, mewakili kepentingan jutaan pengusaha di tanah air. Dengan demikian, SBS seketika berada dalam lingkaran pengambilan keputusan.

Posisi strategis itu tentu menuntut kualitas kepemimpinan yang mumpuni agar jabatan ketua Kadin dapat digunakan secara ideal untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.  Apalagi dunia usaha nasional sedang menghadapi setumpuk masalah.

Sektor bisnis dalam negeri sedang megap-megap karena dipaksa melakoni kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok(ACFTA).

Biaya produksi pun terus menggelembung karena kebijakan kenaikan tarif dan biaya birokrasi. Arus produk impor, legal maupun ilegal, makin deras memasuki pasar Indonesia. Infrastruktur kurang mendukung untuk investasi baru atau sekadar perluasan. Iklim berusaha pun tidak kunjung kondusif, ditandai dengan rendahnya derajat kepastian hukum.

Karena itu, SBS harus segera mengakhiri pesta kemenangan dan memulai tugasnya yang berat. Dia harus mampu membawa dunia usaha nasional keluar dari semua tekanan deindustrialisasi tersebut. Bersama pemerintah, SBS harus mampu memetakan sektor-sektor industri unggulan yang bisa cepat digarap dan menyerap banyak tenaga kerja sehingga bisa menjadi lokomotif pertumbuhan.

Di luar semua tantangan eksternal tersebut, kualitas pribadi SBS juga diuji dengan privilese yang melekat dengan posisinya karena dekat dengan episentrum kekuasaan. Jika tidak kuat “iman”, SBS bisa menjadikan jabatan ketua Kadin sebagai fasilitas untuk mencari proyek dan beking bisnis dari elite pemerintahan.

Agar SBS dan pengurus baru Kadin tidak terseret dalam godaan penyalahgunaan kekuasaan itu, kami juga mengimbau pemerintah untuk tidak menarik-narik pengusaha ke ranah politik. Misalnya, meminta keterlibatan pengusaha sebagai mesin uang bagi kepentingan politiknya, dengan kompensasi jabatan politik atau limpahan proyek pemerintah bagi si pengusaha di kelak kemudian hari. SBS harus tahan terhadap semua godaan itu dengan tetap menjaga independensi Kadin dan membuat demarkasi tegas dengan lingkaran politik.

Itu tugas paling berat. Sebab, dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seakan terjadi pergeseran cara pandang dan asas manfaat dari kursi ketua umum Kadin. Jabatan ketua Kadin seakan menjadi jembatan emas menuju jabatan menteri kabinet. Aburizal Bakrie dan M.S. Hidayat sudah merasakannya. Semoga senyum SBS saat terpilih kemarin bukan ekspresi bahwa dia sedang melihat jalan yang terbuka lebar untuk mengikuti jejak dua pendahulunya, melainkan melihat peluang berbuat maksimal untuk mengatasi setumpuk masalah dunia usaha yang sudah di depan mata. (*)

Sumber : Jawa Pos (Jati Diri)  Senin, 27 September 2010 ]

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment